Nagari Sulit Air

Sunday, July 30, 2006

Nagari Sulit Air


Nagari Sulit Air merupakan salah satu nagari yang luas di Sumatera Barat. Nagari ini adalah terletak di Kecamatan Sepuluh Koto Di Atas, Kabupaten Solok (Utara). Lokasinya dari pinggir Danau Singkarak lebih kurang 12 km melewati nagari Tanjung Balik dan Paninjauan.
Ada sembilan Nagari di Kecamatan X Koto Diatas :
- Sulit Air
- Tanjuang Baliak
- Paninjauan
- Pasilihan
- Bukit Tanduang
- Siberambang Ateh
- Kuncia
- Katialo
- Lubang Panjang
Nagari Sulit Air ini memiliki beberapa kekhasan alam dan budaya, di antaranya adalah Gunung Merah Putih, Rumah Gadang terpanjang 20 Ruang, Jenjang 1000, Batu Tergantung, dan beberapa peninggalan adat-istiadat yang agak berbeda dengan peninggalan-peninggalan adat Minangkabau pada umumnya.
Masakan khas daerah ini adalah "samba hitam" yang dibuat dari bumbu buah galundi (seperti biji kopi). Namun sudah tidak banyak yang memproduksi samba hitam ini. Beberapa rumahtangga dari "urang saisuak" masih mahir dalam membuat samba hitam yang dikombinasikan dengan daging ayam, maco atau daging sapi.
Kapalo nagarinyo bernama
Hj. Alex Suryani istri eks walinagari Firdaus Kahar.
Ada beberapa suku di nagari Sulit Air, Limo Panjang, Limo Singkek, Simabur dan Piliang.
Sebagian besar masyarakat asli Sulit Air hidup di perantauan. Mereka memiliki organisasi perantauan yang dinamakan SAS (Sulit Air Sepakat) dan IPPSA (ikatan Pemuda Pelajar Sulit Air). Banyak sekali peran serta masyarakat perantauan dalam pembangunan nagari sejak berpuluh puluh tahun lalu.
Ada beberapa alasan kenapa anda harus berkunjung ke nagari ini :
>Pemandang alam yang indah, gunung(bukit) merah putih
>Peninggalan budaya seperti rumah gadang, batu bagantuang, jenjang seribu dsb.
>Mencicipi makan khas "samba hitam", penganan khas kue sapik, inai-inai.
>Melihat pembangunan hasil sumbangan warga perantauan untuk kaji banding

Dari Sulit Air anda bisa melanjutkan perjalan ke danau Singkarak, Tanah Datar dan Bukittinggi atau kota-kota lain di Sumatera Barat.

(Bila anda mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai Sulit Air silahkan kirim ke zoriona@yaho.com)







Datuk, Yang Dihormati Yang Disegani
Reporter : Vincent Hakim Roosadhyindosiar.com, Solok
Inilah Nagari Sulit Air. Sebuah kampung di Solok, Sumatera Barat. Seperti masyarakat Minang kebanyakan, kaum di Nagari inipun masih kental memegang adat.Nama Sulit Air, dari beberapa hikayat yang beredar, konon diberikan oleh Datuk Mulo Nan Kawi, yang berasal dari Tanah Pariangan Padang Panjang. Datuk Mulo, bersama istrinya, Puti Anggo Ati, beserta para pengikutnya, ketika itu tengah melakukan perjalanan mencari tempat permukiman baru.Hingga akhirnya tiba di sebuah daerah, yang kemudian diberi nama Sulit Air. Nama ini, sesuai dengan kondisi daerahnya yang memang sulit mendapatkan air. Lokasinya yang berada di ketinggian yang berbatu-batu, membuat air di Nagari ini begitu berharga. Jadilah daerah ini bernama Sulit Air.Nagari Sulit Air, kini dihuni oleh empat suku besar. Limo Singkek, Limo Panjang, Piliang dan Simabua. Dari empat suku besar inilah terdapat sedikitnya 116 datuk.Di ranah Minang, pada umumnya, datuk merupakan gelar yang melekat secara turun-temurun, kepada pribadi tokoh adat masyarakat. Seorang datuk adalah tokoh masyarakat, yang sangat dihormati dan disegani. Seorang datuk yang juga adalah penghulu, merupakan tokoh panutan yang selalu menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat.Gelar datuk di Nagari Sulit Air, juga diberikan kepada seseorang yang dianggap telah berbakti dan banyak berjasa bagi masyarakatnya. Gelar datuk ini biasa disebut dengan datuk kehormatan. Untuk memilih dan menentukan seseorang pantas menyandang gelar datuk kehormatan ini, bukan perkara mudah. Paling tidak dibutuhkan waktu 3 bulan untuk memutuskannya.Kaum telah bersepakat. Sang calon datuk kehormatan telah ditentukan. Gelar Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo, telah disiapkan. Waktu penobatanpun putus sudah. Laiknya sebagai tokoh dan pemimpin besar, sang calon penerima gelar datuk kehormatan, disambut secara meriah oleh para datuk dan masyarakat. Sang penerima gelar diarak memasuki gerbang Nagari.Makan sirih menjadi semacam ritual wajib, bagi seorang tamu terhormat yang telah diterima dalam sebuah keluarga besar. Tak terkecuali bagi penerima gelar datuk kehormatan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo. Makan sirih merupakan simbol, ucapan selamat datang.Upacara pelantikan datuk kehormatan, akan berlangsung tiga hari tiga malam berturut-turut. Sebelum seluruh acara tradisi dimulai, sang calon penerima gelar datuk kehormatan, ditempatkan dalam rumah adat gadang dengan upacara perarakan.Hari pertama dimulai. Sang penerima gelar, diarak ke rumah gadang 20 ruang. Rumah gadang 20 ruang menjadi pusat acara seremonial, pelantikan datuk kehormatan. Rumah gadang 20 ruang merupakan rumah terbesar, dengan 20 ruangan di dalamnya. Rumah yang telah berdiri puluhan tahun ini, konon merupakan rumah adat Limo Panjang terbesar.Menjelang hari puncak acara pengukuhan gelar datuk kehormatan Bandaharo Sutan Nan Kayo, para datuk yang diwakili para wakil datuk dari masing-masing suku terbesar di Nagari Sulit Air, menjalankan upacara mengisi adat, atau mangisi adek.Mengisi adat adalah semacam sidang internal para tokoh adat Limo Panjang, di mana sang calon penerima gelar mempunyai darah keturunan. Sidang ini berkaitan dengan pemberian gelar anak kemenakan. Yaitu gelar setelah menikah, sebagai simbol kedewasaan. Gelar Sutan Mangkuto diberikan untuk gelar anak kemenakan.Berbalas pantun menjadi bagian penting, dalam acara mengisi adat. Berbalas pantun dilakukan oleh beberapa orang wakil datuk, dari empat suku terbesar. Isinya berkaitan dengan persembahan dan minta restu atau izin, menjelang pengukuhan gelar. Biasanya masing-masing wakil datuk melontarkan sebuah pantun, yang kemudian dibalas oleh wakil datuk yang lain. Acara mengisi adat diakhiri dengan santap bersama, sebagai sarana kebersamaan dan persaudaraan.Setelah menerima pengakuan sebagai anak kemenakan Limo Panjang, sang datuk menjalani upacara sirih atau siriah kaduik. Yakni pergi ke rumah anak dara, si pengantin wanita atau anak daro. Siriah kaduik merupakan acara peminangan. Hal ini dilakukan karena sang pengantin wanita, bukan berasal dari suku dan adat istiadat yang sama. Upacara sirih juga merupakan simbol pengakuan bagi anak daro, untuk masuk dalam keluarga besar suku adat Limo Panjang.Bagi masyarakat Sulit Air, seperangkat sirih merupakan komponen penting dalam setiap kehidupan adat. Sirih, kapur, pinang, gambir dan tembakau, adalah simbol penerimaan keakraban. Di rumah adat anak daro, seperangkat sirih Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo diterima secara adat. Dan sang datuk pun disandingkan dengan mempelai anak daro.Hari yang dinantikan tiba. Pengukuhan gelar datuk kehormatan Bandaharo Sutan Nan Kayo, dilakukan pada malam hari ini. Semua tamu terhormat, keluarga, para pejabat, para tetua adat, dan para datuk nagari, hadir memenuhi rumah gadang duo puluah ruang. Mereka menjadi saksi.Gelar, dengan lambang pakaian datuk pun, resmi dikenakan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo. Sejak saat itulah, gelar kehormatan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo sah disandang. Malam pun menjadi lebih tenang menunggu esok hari, saat perarakan Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo keliling desa.Matahari masih bergelantung rendah di timur, ketika arak-arakan keluarga Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo dan para pengantarnya, berkeliling nagari. Sang datuk mengenakan baju kebesaran dari suku Piliang datuk nan besar. Maarak sirieh godang atau 100 bungo sirieh, masing-masing bungo sirieh dengan empat juadah, keliling nagari mengantar rombongan sang Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo. Dalam tradisi Nagari Sulit Air, acara berkeliling nagari ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sang datuk, kepada masyarakat luas.Gelar datuk kehormatan bersifat pribadi, dan tidak melekat secara turun-temurun. Seperti halnya ketika menjelang penentuan sosok penerima gelar datuk, segala sesuatunya dipertimbangkan melalui semacam dewan datuk, demikian pula jika sang datuk melakukan perbuatan tak terpuji. Maka dewan datuk akan membicarakannya secara internal, di dalam dewan datuk.Untuk itulah, pepatah, lebih mudah merebut daripada mempertahankan, kelihatannya juga berlaku di sini. Menjaga gelar datuk kehormatan, adalah segalanya buat seorang datuk yang telah dilantik. Ia tidak hanya membawa pribadinya, namun juga kaum yang telah memberi amanat kepadanya. Baik buruk perilaku Datuk Bandaharo Sutan Nan Kayo, adalah cermin baik buruknya masyarakat Nagari Sulit Air. Tak mudah menjadi datuk.(Idh)5/14/2003